Wednesday, 20 September 2017

ISLAM SEBAGAI SUMBER AJARAN




ISLAM SEBAGAI SUMBER AJARAN
MakalahIni Disusun
GunaMemenuhiTugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen pengampu : MIFTAHUL HUDA M,AG


DisusunOleh :
M.Ugi Sofyan Fasa (2021116019)
Eva Rohana (2021116022)
Rezqi Mufaroh (2021116023)
Kelas E


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LatarBelakangMasalah
            Islam adalah agama yang sempurna dan universal,ia berlaku sepanjang waktu,kapanpun dan dimanapun,islam berlaku bagi semua orang dan seluruh dunia.Dalam ajaran islam terdapat ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik..Karena islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja namun juga mengemban beberapa misi untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
            Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan Allah SWT kepada utusannya,nabi Muhammad SAW.Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.Nmun di zaman sekarang banyak orang-orang yang tidak mengerti akan pengertian,karakteristik,dan misi islam itu sendiri,sehingga banyak orang yang mengatas namakan islam untuk kepentingan pribadi,kelompok,dan partai,bahkan yang paling ekstrim lagi adalah mengatas namakan islam sebagai kedok untuk melakukan aksi terorisme ,sehingga islam dianggap sebagai agama teroris.
                                       
B.  RUMUSAN MASALAH
       Dari uraian latar belakang di atas,dapat di ambil rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:
1.         Apa pengertian islam?
2.         Apa saja otentisitas ajaran islam?
3.         Apa saja kareakteristik ajaran islam?
4.         Apa saja dimensi-dimensi ajaran islam?
C.  TUJUAN
1.        Untuk mengetahuipengertian islam
2.        Untuk mengetahui otentisitas ajaran islam?
3.        Untuk mengetahui kareakteristik ajaran islam?
4.        Untuk mengetahui dimensi-dimensi ajaran islam?









BAB II
PEMBAHASAN.

A.  PENGERTIAN ISLAM
                    Dari sisi bahasa kata islam berasal dari kata dasar salima (سلم) yang berarti selamat, tunduk,berserah. Maka salima min khatarin ( سلم من خطر) berarti selamat dari bahaya, salima min ‘aibin(سلم من عيب) berarti selamat dari cacat. Arti aslama ilaihi (اليهاسلم ) berarti tunduk kepadanya. Sedangkan kata islam merupakan kata jadi (masdar) dari aslama,yaslimu,islaman yang mempunyai arti kepatuhan, ketundukan dan berserah.[1]
                    Nama islam memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata isalam tidak memiliki hubungan dengan orang tertentu atau golongan manusia tertentu atau suatu negeri tertentu. Meskipun islam secara bahasa adalah aktivitas penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi islam disini juga adalah nama agama. Maka din Al-Islam terdapat titik pertemuan antara musamma (hakikat) penyerahan diri, dan isim (nama) yang diberikan. Oleh  karena itu, Allah SWT berfirman “ sesungguhnyaagama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam” (QS. Al-Imran:19). Inilah keistimewaan isalm, karena nama agamanya diberikan langsung oleh Tuhan yang menurunkannya.[2]
                    Menurut Mahmud Syaltut, Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan untuk mempelajari pokok-pokok dan syariatnya kepada nabi Muhammada SAW dan wajib menyampaikan kepada seluruh manusia.[3]

B.  OTENTITAS AJARAN ISLAM
1.      Al-Quran
Secaraetimologi, kata Al-quranberasaldarikata qara’ayaqra’uqur’anan. Yaitubacaanataumashdar yang di artikandengan kata maqru’, artinya; yang dibaca.
Secaraterminologisbanyakdefinisi  Al-Qur’an yangdikemukakanoleh para ulama. Akan tetapidalamhalinikitabisamelihatdefinisi yang dikemukakanolehabdulWahabKhalaf. Menurutkhalaf al-Qur’an ialahfirman Allah yang diturunkankepadahatiRasulullah, nabi Muhammad bin Abdullah, melaluijibrildenganmenggunakanlafadzbahasaarabdanmaknanya yang benar, agar iamenjadihujjahbagiRasulullah, bahwaiabenar-benarmenjadiRasulullah, menjadiundang-undangbagimanusia, memberipetunjukkepadamerekadanmenjadisaranauntukmelakukanpendekatandiridanibadahkepada Allah denganmembacanya. Iaterhimpundalammushaf, dimulaidarisurat Al-Fatikhahdan di akhiridengansurat An-nas, disampaikansecaramutawattirdarigenerasikegenerasi, baiksecaralisanmaupuntulisansertaterjagadariperubahandanpergantian[4]
 Al-Quran adalahwahyudari Allah untuknabi Muhammad saw melaluiperantaramalaikatjibril .kemudiannabimenyampaikannyakapada para sahabat. Lalu para sahabatmenghafaldanmenuliskannyadiberbagai media, sepertipelepahkurma, kertasmaupuntulanghewandan lain-lain. Hal itudilakukanterusmenerussampaiwahyu yang terakhirdanakhirnyanabi Muhammad wafat.

Setelahnabi Muhammad wafat, Abu bakar, sebagaikhalifah yang menggantikannabi Muhammad memulaiushauntukmengumpulkanteks-teks Al-quran yang masihberserakandimana-mana. Hal itudidodrongolehsahabatumar yang khawatirakankeutuhan Al-Quran karenabanyakdaripenghafal Al-Quran yang gugurdalmpeperanganyamamah. Kemudian Abu Bakarmenyetujuinyadanditunjuklahsahabat Zaid bib TsabitsebagaipelaksanapenulisMushaf Al-Quran yang pertama. Tidaksampaiwaktusetahun, mushaf Al-Quran yang pertamaberhasildiselesaikanoleh Zaid bin Tsabit.
Allah sendiri-lah yang jugamenjagake-otentitisitasnyadanmerawatnyasehinggajauhdarirekayasa, perubahanberupapenambahanataupengurangan Al-Qu’an.

2.      Al-Hadist
Hadistmenurutbahasayaitukebalikannyaqadim :dahulu, yaitubaru. Ada juga yang mengatakanbahwahadistmenurutbahasayaituperkataan. Iniberdasarkanayat al-quransurat An-nisa’ : 87. Hadistseringdikaitkandengansunnah. Menurutulama’ jumhurhadistdansunnahadalahsama. TetapimenurutIbnuTaymiyyahhadistdansunnahtidaksama. MenurutIbnTaymiyyah, al-hadismerupakanucapan, perbuatanmaupuntaqrirNabi Muhammad sebatasbeliaudiangkatmenjadiNabi/Rasul. Sedangkansunnahlebihdariitu, yaknisebelumdan sesudahdiangkatmenjadiNabi/Rasul.[5]
          
Al-Quran danhadits, keduanyamerupakansumberajaranislamkepadaumatislam.Danuntukmenjadikemurniansertamenghindarikemungkinanbercampuradukantarkeduanya, makarasulullah saw menggunakancaradanjalan yang berbedadalammenyampaikannyakepada para sahabat. Terhadap Al-Quran, beliausecararesmimemerintahkankepada para sahabatuntukmenulissertamenghafalkannya. Sedangkanterhadaphadits, beliauhanyamenyuruhmenghafalkannyasajadantidakmenulisnyasecararesmi.
           

C.  KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

1.      Karakteristik umum
a.                Islam sebagai agama wahyu, penyempurnaan dan penutup risalah nabi.
b.               Islam sebagai sebuah Din dan Tamaddun sekaligus bersifat universal.
c.                Islam adalah agama yang mengakui adanya kepercayaan.
d.               Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuan. Sehingga bagi umat islam Al Qur’an sebagai sumber utama ajaran islam. [6]
2.      Karakteristik khusus

a.                   Bidang Aqidah
1)      Aqidah taufiqiyah artinya akidah islam dijelaskan secara terperinci . mana perbuatan tauhid dan syirik.
2)      Aqidah ghaibiyyah artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya yang gaib,Allah, Malaikat dan hari akhir.
3)      Aqidah syumuliyyah artinya didalam ajarannya terdapat intregitas antara teori dan praktik.
b.                  Bidang ibadah dan muamalah
1)      Islam tidak mengenal konsep dikotomis tentang ibadah.
2)      Islam memandang, ibadah merupakan konsekuensi tauhid, sehingga ibadah merupakan realisasi dari ketauhidan seseorang.
3)      Konsep ibadah didalam Islam bersifat Humanisme Teosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Allah, tetapi manfaatnya untuk manusia sendiri.
c.                   Bidang Ahklak
1)      Ahklak islam adalah Rabbaniyyah artinya ia menjadikan ajaran Tuhan (Al Qur’an dan Hadis) sebagai sumber nilai untuk menentukan yang baik dan buruk.
2)       Ahklak islam adalah ahklak ihsani.artinya ajaran-ajaran ahklak islam sejalan dengan tuntutan fitrah manusia.
3)      Ahklak islam adalah ahklak universal.
4)      Ahklak islam adalah ahklak keseimbangan
5)      Ahklak islam adalah ahklak realistik
6)      Ahklak islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi.[7]
D.  DIMENSI-DIMENSI AJARAN ISLAM
1.      Dimensi Kebudayaan dalam islam
           Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di dunia sebagai khalifah. Manusia lahir, hidup dan berkembang di dunia, sehingga disebut juga manusia duniawi. Sebagai makhluk duniawi sudah barang tentu bergumul dan bergulat dengan dunia, terhadap segala segi, masalah dan tantangan-tantangannya, dengan menggunakan budi dan dayanya serta menggunakan segala kemampuannya baik yang bersifat cipta,rasa maupun karsa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan dunia itu tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi justru arus diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungan untuk  kepentingan hidup dan kehidupnya. Dari hubungan yang bersifat aktif itu tumbuhlah kebudayaan.[8]
2.      Dimensi syariah dan ibadah dalam islam
           Secara etimologi, syariah berarti jalan yang lurus (Thoriqotun Mustaqimatun) yang disyariatkan dalam QS. Al-Jatsiyah:18, atau jalan yang dilalui air untuk minum, atau juga tangga atau tempat naik yang bertingkat-tingkat. Sdangkan dalam arti terminologi, syariah mempunyai beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut.[9]
           At-Tahanawi dalam bukunya “Al-Kasysyaf Ishtihatil Funun” menjelaskan bahwa syariat adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah SWT yang dibawa oleh salah satu nabi-Nya , termasuk nabi Muhammad, baik hukum yang berkaitan dengan cara berbuat yang disebut dengan ‘Far’iyah Amaliyah” yang untuknya dihimpun ilmu fiqh maupun berkaitan deng an kepercayaan yang disebut dengan ‘Asliyah atau I’tiqodiyah’ yang untuknya dihimpun ilmu kalam”.
3.      Dimensi Aqidah & Ahklak dalam islma
           Aqidah adalah bentuk mashdar dari kata “ ‘aqoda ya’qidu ‘aqodan” yang artinya simpulan, ikatan , sangkutan , perjanjian dan kokoh. Sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul didalam hati. Sedangkan ahklak berasal “khuluq” dan jama’nya ‘Akhlak” yang berarti budi pekerti, etika moral. Demikian pula kata “khuluq” mempunyai kesesuaian dengan “khilqun”, hanya saja khuluq merupakan perangai manusia dari dalam diri (ruhaniyah) sedang khilqun merupakan perangai manusia dari luar (jasmani). Term khuluq juga berhubungan erat dengan “khaliq” (pencipta) dan “makhluq” (yang diciptakan).[10]
















BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
      Dari uraiandiatasmakadapatdisimpulkanbahwasumberajaranislam,baikdalammempelajari,mengkajidanmengamalkanadalah al-qur’andan al-hadissebagianulamamenambahkandenganijma (kesepakatanulama) danqiyas (analogi),sedangkanulama lain menganggapnyabagiandarimetodedalamijtihad,disampingmetode lain.
      Dalammempelajaripemahamandanpengalamantentangislamdiperlukanmetode-metode yang dapatdengancepatdantepatmengantarkankitakepadasatupemahaman yang benar yang mampumenangkapcita-citaislamdanmewujudkannyadalamtataranrealitas.
      
B.  SARAN
            Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis guna mengingatkan dan memperbaiki.Terakhir penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.
                     




















DAFTAR PUSTAKA
A Dictionary of Modern Written Arabic, Hans Wehr (Ithaca,New Work: Spoken Language Services,Inc,1976)
Didiek Ahmad Supadie,pengantar studi islam, (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada,2012)
Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam,( Yogyakarta ; ACAde)
Abdul WahabKhallaf; IlmuUshulfiqh, cet IX, (Jakarta:Al-Majlis Al-A’la Indonesia lil Al-Da’wah Al-Islamiyah,1972)



[1]A Dictionary of Modern Written Arabic, Hans Wehr (Ithaca,New Work: Spoken Language Services,Inc,1976),hlm.424
[2]Didiek Ahmad Supadie,pengantar studi islam, (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada,2012) hlm. 69
[3]Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam,( Yogyakarta ; ACAdeMIA,2010), hlm. 3
[4] Abdul WahabKhallaf; IlmuUshulfiqh, cet IX, (Jakarta:Al-Majlis Al-A’la Indonesia lil Al-Da’wah Al-Islamiyah,1972)hal.23.


[6]Locit,,97
[7]Ibid,100
[8]Locit,306
[9]Ibid,254
[10]Locit,24

1 comment:

  1. Dalam masalah dimensi kebudayaan,coba dijelaskan lebih eksplisit lagi mengenai perkembangannya hingga sampai pada kesimpulan yang selaras dengan kebudayaan indonesia,karena pada dasarnya islam merupakan suatu ajaran yang bersifat moderat dan dinamis bukan radikal.
    Disini saya belum menemukan penyelesaian mengenai persoalan ini

    ReplyDelete

CARA MEMBUAT TORAKUR

Resep Cara Membuat Manisan Tomat Rasa Kurma (TORAKUR)   Proses penjemuran (sumber: beritadaerah.co.id) Cara membuat Manisan Tomat Rasa...