Wednesday, 20 September 2017

TINGKAH LAKU TERPUJI DAN TERCELA DAN IMPLIKASINYA DALAM PROSES PENDIDIKAN



TINGKAH LAKU TERPUJI DAN TERCELA DAN IMPLIKASINYA DALAM PROSES PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : MOH. NASRUDIN, M.Pd.I



Disusun oleh:
M.UGI SOFYAN FASA (2021116019)

Kelas : I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017
BAB I
Pendahluan
A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang benar. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk meluruskan aqidah dan akhlak umat manusia. Islam mengajarkan kita bagaimana berprilaku terpuji, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam bernegara seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang baik yang patut dicontoh dan diikuti oleh umatnya. Seperti yang kita ketahui Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat terpuji yaitu: siddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fatonah (cerdas).
Namun pada kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali kita melihat orang yang beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan seorang muslim. Contohnya melakukan tindakan korupsi, kebiasaan mencontek yang dilakukan pelajar pada saat ujian, berprasangka buruk terhadap orang lain. Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk kedalam perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah para remaja, karena  remaja-remaja pada saat ini cenderung terpengaruh oleh buduya-budaya luar.
Itulah yang menjadi pokok permasalahan saat ini bagaimana caranya genesasi-generasi penerus bangsa ini bersikap dan berprilaku akhlakul karimah yang dicintohkan oleh Rasulullah SAW. Karena dengan akhlak yang terpuji manusia akan mendapatkan derajat yang tinggi, baik dimata Allah SWT ataupun dengan sesama manusia. Begitu juga sebaliknya, dengan berakhlak tercela manusia akan hina derajatnya disisi Allah SWT dan dihadapan manusia.



B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu:
1.      Apa pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela?
2.      Apa landasan hadits tingkah laku terpuji dan tingkah laku  tercela?
3.      Bagaimana implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah  laku tercela dalam  proses pendidikan?


C.     Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.      Mengetahui pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela.
2.      Mengetahui landasan hadits tingkah laku  terpuji dan tingkah laku  tercela.
3.      Mengetahui implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah  laku tercela dalam  proses pendidikan.













BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela
1.      Tingkah laku terpuji
Tingkah laku terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Tingkah laku terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW  dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama.[1]Memiliki Tingkah laku yang baik atau Tingkah laku mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesame,karena Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Tingkah laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW  dan ajaran-ajaran islam.
2.      Tingkah laku tercela
Sikap tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus  sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.[2] Prilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya maupun sesama manusia.[3]  Perbuatan semacam ini, seharunya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah dicontohkan oleh beliau sebagai tauladan dalam hidup kita.
Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.

B.     Tinjauan Hadits Tentang Tingkah laku Terpuji Dan tingkah laku Tercela

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ الأَنْصَارِىِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (رواه مسلم)
Artinya:”Dari An Nawwas ra. Ia berkata: “saya menanyakan tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah saw. Kemudian Beliau menjawab: “kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa (kejahatan) itu adalah sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang bila hal itu diketahui orang lain.” (H.R. Muslim)

Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang paling padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan sifat yang ma′ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk dan jelek; baik kecil maupun besar. Dalam hal ini setiap perbuatan baik merupakan akhlak terpuji begitu juga sebaliknya, semua perbuatan jelek merupakan akhlak tercela.
Salah satu contoh tingkah laku terpuji adalah jujur.Jujur merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah saw yang disebut dengan Shiddiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shiddiq dapat diartikan jujur. Jujur yang dimaksud disini adalah jujur dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap tindakan. Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurangi.[4] Mengenai pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim, Rasulullah saw bersabda yang
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidiq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi  Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).

Asbabul Wurud hadis diatas ialah  As-Aswad ibnu Ashram menceritakan : “Aku membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang subur dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu kepada Rasulullah SAW dan kemudian beliau menyuruh seseorang melihatnya. Maka unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau bersabda: “mengapa engkau giring untamu ini kesini?”. Aku  menjawab: “Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau bertanya lagi: “untuk melayani siapa unta tersebut?”. Usman ibnu Affan menjawab : “Untuk  melayani keperluan saya wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Bawalah kesini”. Maka unta itu dibawa dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata: “wahai Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata : “Wahai  rasulullah aku wasiat. Beliau bersabda: “apakah engkau dapat menguasai lidahmu?”. Aku  menjawab: “Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai lidahku?”. Beliau bertanya: “Apakah engkau menguasai tanganmu?”.  aku  Menjawab: Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai tanganku?”. Beliau bersabda: “janganlah lidahmu mengucapkan sesuatu melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu melainkan untuk kebaikan.”(HR. Bukhari).Hadis diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran yang pada akhirnya akan membawanya kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar.
Kemudian contoh mengenai tingkah laku tercela,haditsnya yaitu,rasulullah saw bersabda :
حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا.)خرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب(

Artinya:  Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW, bersabda, ”Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (Berita), jangan menyelidiki, jangan memata-matai (mengamati) kesalahan orang lain, jangan tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan hasut-menghasut jangan benci-membenci,  jangan belakang-membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah itu saudara.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam (78) kitab “Al-Adab “.[5]


     Asbabul wurud hadis ini ialah pada suatu ketika, seorang pemuda yang bernama Yahya Ibnu Bukair menceritakan dari sahabat Laits dari Ja’far Ibnu Rabi’ah dari A’raj bahwa Abu Hurairah suatu saat bersama Rasulullah SAW dan berliau berkata kepadanya dan kepada para sahabat lainnya. Yaitu, mengenai larangan berprasangka buruk. “Jauhilah olehmu prasangka karena sesungguhnya itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah suka mendengarkan permbicaraan (orang yang tidak suka didengarkan), janganlah suka mencari-cari aib orang lain, dan janganlah saling bersaing (dalam masalah dunia). Janganlah pula saling mendengki, dan janganlah saling membenci, janganlah saling memusuhi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan kepada kalian. Muslim yang satu adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh mengecewakannya, dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini, “Beliau menunjuk ke dadanya.” Cukuplah seseorang dikatakan jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian, dan tidak pula rupa kalian. Akan tetapi, Dia memandang hati dan amal kalian.”
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa, buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya.Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati, jika hati seseorang bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut terkotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia, dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan noda. Akankah tubuh itu akan bersih dan sehat? Tentusaja tidak, karna kalau hati kita sudah terkotori oleh sifat buruk sangka maka kita tidak akan mendapatkan ketenangan hati dan jiwa.

C.     Implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah  laku tercela dalam  proses pendidikan
Manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap tungkah laku manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam proses pendidikan.
Tingkah laku yang baik berdampak positif pada kehidupan dan lingkungannya khususnya pada lingkungan pendidikan (sekolah). Sebaliknya, Tingkah laku yang buruk akan  berdampak buruk pula pada diri dan lingkungan pendidikan (sekolah).contohnya ketika seorang pelajar ketika terbiasa dengan tingkah laku terpuji seperti contohnya seorang pelajar yang sudah tertanam dalam dirinya sikap amanah maka dalam proses pendidikan dia akan menanamkan sikap jujur,dan dalam proses pembelajaran dia akan memperhatikan dengan benar-benar seperti dalam ujian dia akan menjauhi perilaku perilaku tidak baik seperti mencontek,dan juga karena dia merasa memiliki kebutuhan untuk mendapatkan sebuah pengetahuan baru,sebaliknya ketika seorang pelajar yang membiasakan sikap tercela contohnya berbohong,maka sipelajar dalam kesehariannya dalam proses pembelajaran akan menerapkan sikap berbohong tersebut contohnya ketika ujian dia mencontek,serta ketika dalam proses pembelajaran dia akan memperlihatkan sikap malas karena dia meremehkan apa yang namanya sebuah pengetahuan.dan juga yang perlu diperhatikan bahwa setiap perilaku baik maupun tercela akan bisa mempengaruhi sekelilingnya untuk itu biasakan dengan perilaku atau tingkah laku yang baik agar lingkungan sekitar khususnya lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku baik.





















BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Tingkah laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW  dan ajaran-ajaran islam.
Perilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.
Perlu diperhatikan bahwa setiap perilaku baik maupun tercela akan bisa mempengaruhi sekelilingnya untuk itu biasakan dengan perilaku atau tingkah laku yang baik agar lingkungan sekitar khususnya lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku baik.

B.     Saran
Penulis dalam pembuatan makalah ini sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan kami mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.





                                          


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abid Al-Arif. Akidah Akhlak.(Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009).
Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Pendidikan Budi Pekerti.(Bandung: Maestro. 2009).
Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A.AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum).(Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000). 
Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).


           


















[1] Ahmad Abid Al-Arif. Akidah Akhlak.(Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009).24
[2] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).
[3]Opcit.27
[4] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Pendidikan Budi Pekerti.(Bandung: Maestro. 2009). Hal. 198.
[5] Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A.AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum).(Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000).  Hal 182.

2 comments:

  1. クイーンカジノ クイーンカジノ 우리카지노 우리카지노 bet365 bet365 william hill william hill 10cric 10cric クイーンカジノ クイーンカジノ 카지노 카지노 437

    ReplyDelete
  2. 2021 ford escape titanium hybrid - iTaniumArts
    A new device that can operate under titanium rings a standard operating level of 0.5 mhz, has a titanium white octane blueprint new titanium pots and pans This means titanium jewelry piercing that you can play some classic trekz titanium pairing Genesis games for free or

    ReplyDelete

CARA MEMBUAT TORAKUR

Resep Cara Membuat Manisan Tomat Rasa Kurma (TORAKUR)   Proses penjemuran (sumber: beritadaerah.co.id) Cara membuat Manisan Tomat Rasa...