TINGKAH LAKU TERPUJI DAN TERCELA DAN IMPLIKASINYA
DALAM PROSES PENDIDIKAN
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Hadits
Tarbawi
Dosen
Pengampu : MOH.
NASRUDIN, M.Pd.I
Disusun
oleh:
M.UGI SOFYAN FASA (2021116019)
Kelas : I
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017
BAB I
Pendahluan
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang benar. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
untuk meluruskan aqidah dan akhlak umat manusia. Islam mengajarkan kita bagaimana berprilaku
terpuji, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam bernegara
seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang
baik yang patut dicontoh dan diikuti oleh umatnya. Seperti yang kita ketahui
Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat terpuji yaitu: siddiq (benar), amanah
(terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fatonah (cerdas).
Namun pada kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali kita melihat
orang yang beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan seorang muslim.
Contohnya melakukan tindakan korupsi, kebiasaan mencontek yang dilakukan
pelajar pada saat ujian, berprasangka buruk terhadap orang lain.
Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk kedalam perbuatan tercela yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah para
remaja, karena remaja-remaja pada saat
ini cenderung terpengaruh oleh buduya-budaya luar.
Itulah yang menjadi pokok permasalahan saat ini bagaimana caranya
genesasi-generasi penerus bangsa ini bersikap dan berprilaku akhlakul karimah
yang dicintohkan oleh Rasulullah SAW. Karena dengan akhlak yang terpuji manusia akan mendapatkan
derajat yang tinggi, baik dimata Allah SWT ataupun dengan sesama manusia.
Begitu juga sebaliknya, dengan berakhlak tercela manusia akan hina derajatnya
disisi Allah SWT dan dihadapan manusia.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas, maka penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu:
1.
Apa
pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela?
2.
Apa landasan
hadits tingkah laku terpuji dan tingkah laku
tercela?
3.
Bagaimana implikasi tingkah laku terpuji dan
tingkah laku tercela dalam proses pendidikan?
C.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.
Mengetahui
pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela.
2.
Mengetahui
landasan hadits tingkah laku terpuji dan
tingkah laku tercela.
3.
Mengetahui implikasi tingkah laku terpuji dan
tingkah laku tercela dalam proses pendidikan.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela
1.
Tingkah laku
terpuji
Tingkah laku terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk
sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Tingkah laku
terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah
SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya,
serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama.[1]Memiliki
Tingkah laku yang baik atau Tingkah laku mulia bagi setiap manusia adalah suatu
hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita,
akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya
seseorang di hadapan sesame,karena
Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Tingkah
laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi
ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW dan
ajaran-ajaran islam.
2.
Tingkah laku
tercela
Sikap tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus
sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku
yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di
tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.[2]
Prilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan
perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan
Rabbinya maupun sesama manusia.[3] Perbuatan semacam ini, seharunya kita selaku
ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah
dicontohkan oleh beliau sebagai tauladan dalam hidup kita.
Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan
seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik
dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul
karimah.
B. Tinjauan Hadits Tentang Tingkah laku Terpuji Dan tingkah laku Tercela
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ
الأَنْصَارِىِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْبِرِّ
وَالإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ
وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (رواه مسلم)
Artinya:”Dari An Nawwas ra. Ia berkata: “saya menanyakan tentang kebajikan
dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah saw. Kemudian Beliau menjawab:
“kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa (kejahatan) itu adalah
sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang bila hal itu diketahui
orang lain.” (H.R. Muslim)
Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini
termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang paling
padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan sifat yang
ma′ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk dan jelek; baik
kecil maupun besar. Dalam hal ini setiap perbuatan baik merupakan akhlak
terpuji begitu juga sebaliknya, semua perbuatan jelek merupakan akhlak tercela.
Salah satu contoh tingkah laku terpuji adalah jujur.Jujur
merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah saw yang disebut
dengan Shiddiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shiddiq dapat
diartikan jujur. Jujur yang dimaksud disini adalah jujur dalam arti menyeluruh,
maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap
tindakan. Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap
apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu
tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurangi.[4]
Mengenai pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim, Rasulullah saw
bersabda yang
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda:
“sesungguhnya shidiq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu
membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di
sisi Allah swt sebagai orang yang jujur.
Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa
ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt
sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).
Asbabul Wurud hadis diatas ialah As-Aswad ibnu Ashram menceritakan : “Aku
membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang subur dan
keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu kepada
Rasulullah SAW dan kemudian beliau menyuruh seseorang melihatnya. Maka unta itu
dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau bersabda:
“mengapa engkau giring untamu ini kesini?”. Aku
menjawab: “Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau
bertanya lagi: “untuk melayani siapa unta tersebut?”. Usman ibnu Affan menjawab
: “Untuk melayani keperluan saya wahai
Rasulullah”. Beliau bersabda: “Bawalah kesini”. Maka unta itu dibawa dan aku
mengikutinya, sedangkan Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku
berkata: “wahai Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata :
“Wahai rasulullah aku wasiat. Beliau
bersabda: “apakah engkau dapat menguasai lidahmu?”. Aku menjawab: “Bagaimana aku memiliki jika aku
tidak menguasai lidahku?”. Beliau bertanya: “Apakah engkau menguasai
tanganmu?”. aku Menjawab: Bagaimana aku memiliki jika aku
tidak menguasai tanganku?”. Beliau bersabda: “janganlah lidahmu mengucapkan
sesuatu melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu melainkan
untuk kebaikan.”(HR. Bukhari).Hadis diatas
menunjukkan agungnya perkara kejujuran yang pada akhirnya akan membawanya kedalam
surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya
orang yang sangat jujur dan benar.
Kemudian contoh mengenai tingkah laku tercela,haditsnya yaitu,rasulullah
saw bersabda :
حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ
أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا،
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا.)خرجه
البخارى في: 78. كتاب الأدب(
Artinya: “Abu
Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW, bersabda, ”Berhati-hatilah kalian dari
buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (Berita), jangan
menyelidiki, jangan memata-matai (mengamati) kesalahan orang lain, jangan
tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan hasut-menghasut jangan
benci-membenci, jangan
belakang-membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah itu saudara.” (Dikeluarkan
oleh Bukhari dalam (78) kitab “Al-Adab “.[5]
Asbabul wurud hadis ini ialah pada suatu ketika,
seorang pemuda yang bernama Yahya Ibnu Bukair menceritakan dari sahabat Laits
dari Ja’far Ibnu Rabi’ah dari A’raj bahwa Abu Hurairah suatu saat bersama
Rasulullah SAW dan berliau berkata kepadanya dan kepada para sahabat lainnya.
Yaitu, mengenai larangan berprasangka buruk. “Jauhilah olehmu prasangka karena
sesungguhnya itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah suka
mendengarkan permbicaraan (orang yang tidak suka didengarkan), janganlah suka
mencari-cari aib orang lain, dan janganlah saling bersaing (dalam masalah
dunia). Janganlah pula saling mendengki, dan janganlah saling membenci, janganlah saling
memusuhi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara
sebagaimana yang Dia perintahkan kepada kalian. Muslim yang satu adalah saudara
bagi muslim yang lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh
mengecewakannya, dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu di sini, takwa itu di
sini, “Beliau menunjuk ke dadanya.” Cukuplah seseorang dikatakan jahat apabila
ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya
adalah haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak
melihat bentuk tubuh kalian, dan tidak pula rupa kalian. Akan tetapi, Dia
memandang hati dan amal kalian.”
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa, buruk sangka adalah menyangka
seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang
jelas yang memperkuat sangkanya.Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya
mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu
sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati, jika hati
seseorang bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih
pula namun jika hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut terkotori karna hati itu
yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam
tubuh manusia, dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan
noda. Akankah tubuh itu akan bersih dan sehat? Tentusaja tidak, karna kalau hati
kita sudah terkotori oleh sifat buruk sangka maka kita tidak akan mendapatkan
ketenangan hati dan jiwa.
C.
Implikasi
tingkah laku terpuji dan tingkah laku
tercela dalam proses pendidikan
Manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk
tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan
pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak pernah
berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh
sebab itu, setiap tungkah laku manusia akan berdampak secara langsung pada
kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam proses pendidikan.
Tingkah laku yang baik berdampak positif pada
kehidupan dan lingkungannya khususnya pada lingkungan pendidikan (sekolah).
Sebaliknya, Tingkah laku yang buruk akan
berdampak buruk pula pada diri dan lingkungan pendidikan (sekolah).contohnya
ketika seorang pelajar ketika terbiasa dengan tingkah laku terpuji seperti
contohnya seorang pelajar yang sudah tertanam dalam dirinya sikap amanah maka
dalam proses pendidikan dia akan menanamkan sikap jujur,dan dalam proses
pembelajaran dia akan memperhatikan dengan benar-benar seperti dalam ujian dia
akan menjauhi perilaku perilaku tidak baik seperti mencontek,dan juga karena
dia merasa memiliki kebutuhan untuk mendapatkan sebuah pengetahuan
baru,sebaliknya ketika seorang pelajar yang membiasakan sikap tercela contohnya
berbohong,maka sipelajar dalam kesehariannya dalam proses pembelajaran akan menerapkan
sikap berbohong tersebut contohnya ketika ujian dia mencontek,serta ketika
dalam proses pembelajaran dia akan memperlihatkan sikap malas karena dia
meremehkan apa yang namanya sebuah pengetahuan.dan juga yang perlu diperhatikan
bahwa setiap perilaku baik maupun tercela akan bisa mempengaruhi sekelilingnya
untuk itu biasakan dengan perilaku atau tingkah laku yang baik agar lingkungan
sekitar khususnya lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku
baik.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Tingkah laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari
segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW dan
ajaran-ajaran islam.
Perilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak
sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau
perbuatannya. Sehingga tidak
mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.
Perlu diperhatikan bahwa setiap perilaku baik maupun
tercela akan bisa mempengaruhi sekelilingnya untuk itu biasakan dengan perilaku
atau tingkah laku yang baik agar lingkungan sekitar khususnya lingkungan
pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku baik.
B.
Saran
Penulis dalam pembuatan makalah ini
sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan kami mohon maaf apabila masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Abid Al-Arif. Akidah Akhlak.(Semarang:
CV. Aneka Ilmu. 2009).
Prof.
Dr. Ahmad Tafsir. Pendidikan
Budi Pekerti.(Bandung: Maestro. 2009).
Prof.DR.H. Rachmat
Syafe’i, M.A.AL-HADIS (Aqidah,
Akhlak, Sosial dan Hukum).(Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000).
Ridwan
Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam.
(Jakarta: Intimedia).
[5] Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A.AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum).(Bandung: CV PUSTAKA
SETIA. 2000). Hal 182.
クイーンカジノ クイーンカジノ 우리카지노 우리카지노 bet365 bet365 william hill william hill 10cric 10cric クイーンカジノ クイーンカジノ 카지노 카지노 437
ReplyDelete2021 ford escape titanium hybrid - iTaniumArts
ReplyDeleteA new device that can operate under titanium rings a standard operating level of 0.5 mhz, has a titanium white octane blueprint new titanium pots and pans This means titanium jewelry piercing that you can play some classic trekz titanium pairing Genesis games for free or